Rabu, 11 Agustus 2010

tidak ada yang membatasi segala keterbatasan

Qian Hongyan Atlet Cacat yg Pantang Menyerah


Cacat tidak mematahkan semangat Qian Hongyan of Kunming, China, untuk berprestasi. Remaja yg kehilangan kedua kakinya saat kecelakaan lalu lintas diusianya 3 tahun. Oleh orangtuanya, Qian diikutsertakan dalam terapi basket. ternyata berhasil, Qian tampil sebagai pebasket cilik yg cemerlang. Tak memiliki kaki bukan halangan baginya untuk lincah di lapangan.
Apakah anda bisa membayangkan seorang cacat tanpa dua kaki bermain basket?? Tentu tidak!!! Tapi Qian telah membuktikannya. Penampilan Qian yg mengharukan itu mendapat liputan luas dari media massa internasional. Sehingga sekelompok dokter membuatkannya sepasang kaki saat dia berusia 8 tahun.Qian bukan hanya piawai bermain basket, tapi atlet cilik ini juga lincah di kolam renang. Kini ia tengah mempersiapkan diri untuk tampil dalam kejuaraan dunia atlet cacat di London, 2012. Qian rencananya juga akan tampil di cabang renang. Untuk itu kini Qian berlatih tiap hari sejauh 2000 meter.
Berikut Penyandang Cacat yang Berprestasi di Bidangnya:
Jessica Long of Baltimore, Maryland, 15 tahun, memenangkan Sullivan Award, penghargaan tertinggi bagi atlet amatir AS. Ini baru pertamakalinya penghargaan diberikan pada atlet cacat. Long terlahir tanpa tulang betis. Ia juga kehilangan beberapa tulang pada kakinya sehingga diamputasi pada usia 18 bulan setelah dia diadopsi oleh pasangan amerika.
Long mulai berenang usia 10 tahun, 2004 ia sudah mencatat prestasi meraih tiga medali emas pada Paralympic Game. Di usia 12 tahun ia juga meraih Paralympian of the Year 2006. Selain cabang renang, Long juga tampil dalam cabang senam, skating dan rock climbing.
Natalie du Toit of Cape Town, South Africa, 16 tahun, adalah atlet cacat amputasi pertama yang mendapat izin berlaga di Olimpiade musim panas Beijing, Agustus lalu. Du Toit kehilangan kaki kirinya karena kecelakaan lalu lintas, di mana dia ditabrak mobil saat mengendarai motornya ke sekolah. Akibatnya, kaki kirinya menderita luka parah dan harus diamputasi. Meski cacat, du Toit tak kehilangan semangat. Ia pun kembali berlatih renang setelah sembuh. Dia memfokuskan diri pada renang jarak jauh 10 K.
Lacey Henderson kehilangan kaki kanannya karena tumor, kemudian kaki kanan yg terkena tumor itu diamputasi saat dia berusia 9 tahun. Namun ibunya tidak patah semangat, Lacey didaftarkan pada kegiatan cheerleader di sekolahnya. Padahal semua tahu aktivitas cheerleader membutuhkan kelengkapan anggota badan. Untuk itu Lacey mendapat kaki buatan. Tenyata prestasi Lacey pada cheerleader lumayan bersinar. Di usianya 18 tahun dia bukan hanya menjadi anggota tapi juga captain tim cheerleader Universitas Denver, tempatnya kuliah.
isi dari : http://smkbinawarga.wordpress.com/2008/12/20/qian-hongyan-atlet-cacat-yg-pantang-menyerah

Jumat, 16 Juli 2010

kantoe pepenca

Gedung baru pepenca yang berada di
Jln. Pintu II PT.Arun No.14 Lantai. 2  Blang Pulo Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kinerja para pendiri pepenca untuk mengemban misi kemanusiaan untuk  membantu saudara kita para penyandang cacat, Alhamdulilah dengan adanya gedung tersebut berbagai aktifitas berjalan dengan lancar, seperti pengadaan rapat mendadak, diskusi kusus, rapat pleno, rapat umum, dan berbagai kegiatan yang membantu membangun pepenca.



ADAKAH diantara kamu atau teman kamu yang memiliki “kekurangan” dalam anggota tubuhnya? Atau juga memiliki perilaku yang “tidak biasanya”? Bagaimana kamu memperlakukan kawan-kawan kamu yang seperti itu? Apa yang bisa kamu lakukan untuk “membantu mereka?”
Menurut Undang-undang Republik Indonesia no 4 tahun 1997 , tentang Penyandang cacat, Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya.
Kita mengenal beberapa jenis “kekurangan” misal tidak bisa melihat disebut tuna netra, tidak bisa mendengar disebut tuna rungu, tidak bisa berbicara : tuna wicara (coba kamu sebut lagi beberapa jenis kekurangan yang ada)
Walaupun mereka memiliki “kekurangan” namun Negara menjamin hak dan kewajiban yang sama bagi mereka, tidak boleh ada halangan,
hambatan ataupun upaya penolakan dari masyarakat, lembaga pendidikan, perusahaan negara, swasta,dan juga pemerintah terhadap mereka. Semua harus mendukung dan memberi akses bagi penyandang cacat.
Berdasarkan Resolusi PBB no 47 tahun 1992, ditetapkanlah Hari Penyandang Cacat Internasional setiap tanggal 3 Desember.Hukum internasional untuk pemberi akses kepada penyandang cacat atau DIFABEL terdapat dalam Resolusi PBB tanggal 20
Desember 1993, artikel 19.

Salah satu bentuk yang harus dilakukan oleh semua daerah di pelosok dunia (termasuk di Indonesia) adalah memberikan aksesibilitas, yaitu lingkungan yang memberi kebebasan dan keamanan yang penuh terhadap semua orang tanpa adanya hambatan. Aksesibilitas juga berguna buat orang lanjut usia, semua orang yang mederita cacat, ibu hamil, anak-anak, orang yang mengangkat beban berat, dan sebagainya.
Contoh bentuk aksesibilitas adalah, memberi “tanjakan” atau ramp pada jalur tangga, supaya mereka yang menggunakan kursi roda atau yang tidak sanggup naik tangga, tetap bisa melewatinya. Juga pegangan pada setian jalan, atau kamar mandi.
Nah kamu tentu tidak perlu kasihan lagi terhadap orang cacat kan? Sebab masalah terbesar bagi orang penyandang cacat adalah hambatan-hambatan yang ada di lingkungannya, bukan karena kecacatan mereka.***